Ikhlas

Kata ikhlas dari bahasa Arab. Secara bahasa kata ikhlas berarti murni, tidak bercampur, bersih, jernih, mengosongkan dan membersihkan sesuatu. Ikhlas berarti suci dalam berniat, bersihnya batin dalam beramal, tidak ada pura-pura, lurusnya hati dalam bertindak, jauh dari penyakit riya’ serta mengharap ridha Allah semata. 

Kaitannya ibadah, secara bahasa ikhlas berarti tidak memperlihatkan amal kepada orang lain. Sedangkan secara istilah, al-Jurjani dalam kitabnya al-Ta’rifat memberikan pengertian ikhlas adalah membersihkan amal perbuatan dari hal-hal yang mengotorinya seperti mengharap pujian dari makhluk atau tujuan-tujuan lain selain dari Allah. termasuk juga tidak mengharap amalnya disaksikan oleh selain Allah. 

Dengan kata lain ikhlas adalah sikap yang dilakukan seseorang dalam melaksanakan perintah-perintah Allah Swt. dan tidak mengharap sesuatu apapun, kecuali ridha Allah Swt. Jadi, ikhlas merupakan sesuatu hal yang sifatnya batin dan ia merupakan perasaan halus yang tidak dapat diketahui oleh siapapun kecuali pelakunya dan Allah Swt. 

Salah satu ayat yang mengajarkan untuk ikhlas adalah Q.S. Az-Zumar/39: 2 berikut ini.

Artinya: Sesungghunya Kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad) al Kitab (al-Qur’an) dengan benar, maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan (ibadah) kepadanya. (Q.S. Az-Zumar/39: 2)

Ali Abdul Halim (2010) mengatakan bahwa ikhlas dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu. 

a) Orang awam (umum). Pada tingkatan ini seseorang beribadah kepada Allah Swt., tujuannya mencari dan menghitung keuntungan dunia dan akhirat. Contohnya: seseorang melakukan ibadah shalat atau memberi shadaqah kepada anak yatim dengan tujuan ingin agar badannya sehat, hartanya banyak, mendapat bidadari dan nanti di akhirat masuk surga. 

b) Orang khawash (khusus). Pada tingkatan ini, seseorang beribadah hanya untuk mencari keuntungan akhirat bukan lagi berorientasi pada keuntungan dunia. Seseorang pada tingkatan ini, beribadah sambil hatinya berharap untuk memperoleh pahala, surga, dan semua yang berorientasi pada akhirat. 

c) Orang khawashul khawas (excellent). Seseorang masuk dalam tingkatan ini, apabila ia beribadah tidak ada motivasi apa pun, kecuali mengharap ridha dari Allah Swt. Ia beribadah setiap hari bukan sebagai kewajiban, tetapi menjadi kebutuhan sebagai seorang hamba. Dengan kata lain Ia beribadah tidak lagi didasari keinginan dunia maupun akhirat, melainkan didasari oleh rasa mahabbah (cinta) dan rindu kepada Allah Swt. Sehingga orang pada tingkatan ini mencapai kenikmatan dalam setiap ibadah yang dikerjakan.

Kemudian bagaimana cara agar dapat memiliki sifat ikhlas? Imam Dzun Nun menjelaskan, yaitu seseorang harus bersungguh-sungguh, sabar serta terus menerus/istiqamah dalam beramal, sehingga ia akan terbiasa dengan perbuatan baik. Menurutnya ada tiga ciri seseorang yang ikhlas dalam beramal:

1. Tidak lagi mengharap/menghiraukan pujian dan hinaan orang lain

2. Tidak lagi melihat kepada manfaat dan bahaya perbuatan, tetapi pada hakikat perbuatan, misalnya bahwa amal yang kita lakukan adalah perintah Allah.

3. Tidak mengingat pahala dari perbuatan yang dilakukan. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel