Keras Hati

Pada era digital seperti sekarang ini, manusia banyak terpengaruh pada jalan hidup yang serba hedonis, materialis dan liberal. Dengan adanya alat teknologi serba modern membuat suatu perubahan yang tidak pasti, baik dari segi moral, nilai-nilai kehidupan dan spritual. 

Semakin cepat perubahan itu terjadi, semakin maju pula masyakat serta tuntunan hidup yang harus dipenuhi oleh manusia. Maka muncullah sikap selalu ingin memikirkan kepentingan dirinya sendiri dan pada akhirnya hilanglah nilai-nilai moral dalam kehidupan. 

Dengan hilanganya nilai moral dan spiritual maka muncul rasa tidak percaya diri, lalu terjadilah sikap perilaku yang bisa membuat mereka lupa kepada jati dirinya. Sehingga orang sering tidak mampu untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dan menimbulkan rasa stres yang memicu muculnya rasa gelisah dan krisis rohani serta permasalahan spiritual lainnya hingga menimbulkan kerasnya hati pada manusia.

Menurut kamus bahasa Arab keras hati sama dengan qaswah al-qalb artinya kekerasan hati, atau kebengisan. Dalam kehidupan modern yang perubahan-perubahannya begitu cepat terkadang hati manusia yang tidak kuat bisa berubah-ubah. Berangkat dari itulah dapat difahami bahwa hati manusia mengalami suatu keadaan berbolak-balik dalam menentukan suatu ketetapan. hati bisa menjadi sehat dan bisa menjadi sakit, sebagaimana Firman Allah Swt. dalam surat Al-Baqarah ayat 10:

Artinya: “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta” (Q.S. al-Baqarah: 10)

Seiring situasi sosial yang selalu berubah setiap waktu dan mempengaruhi pola hidup manusia dan hatinya, itu menunjukan bahwa memang hati terkadang bisa menjadi lunak dan juga terkadang menjadi keras layaknya batu.

Pada ayat tersebut di atas dijelaskan bahwa pada hati itu terkadang mengkilap bersih dan juga terkadang menjadi hitam kelam sebagaimana diterangkan dalam hadits Rasulullah Saw. “sebisa mungkin seorang muslim memperhatikan hatinya setiap saat jangan sampai menjadi keras dan sulit menerima kebenaran”.

Adapun tanda-tanda kerasnya hati adalah ketika keburukan dan perbuatan dosa tidak lagi membuat hatinya terluka. Begitu pula Ketika kebodohannya dan ketidaktahuannya tentang akidah dan keyakinanannya yang rusak tidak lagi melukai hatinya. Maka sungguh hati yang hidup dan sehat akan mampu merasakan sayatan luka keburukan yang menimpa dirinya dan dapat merasakan goresan luka yang disebabkan kebodohannya terhadap agama.

a. Macam-macam Hati

Ibnu Qayyim al-Jauzi mengatakan bahwa hati itu mempunyai dua ciri yaitu hidup atau mati. Atas dasar ini hati terbagi kepada tiga jenis yaitu hati yang sehat (qalbun saliim), hati yang mati (mayyit al-qalb), dan hati yang sakit (maridh al-qalb).

1) Hati yang sehat (qalbun salim)

Qalbun salim adalah kalbu yang berilmu (mengetahui) bahwa Allah itu adalah kebenaran, hari kiamat itu pasti tiba tanpa keraguan, dan Allah akan membangkitkan siapa saja yang ada di dalam kuburan. Qalbun salim adalah kalbu yang bersyahadah bahwa tidak ada illah yang berhak diibadahi keculi Allah Swt. Lalu dikatakan bahwa qalbun salim adalah kalbu yang sehat.

2) Hati yang mati (mayyit al-qalb)

Adapun jenis hati yang ini merupakan kebalikan dari hati yang pertama, yaitu hati yang mati tidak ada kehidupan didalamnya. Hati seperti in tidak mengenal Tuhannya, tidak menyembah-Nya tidak melaksanakan perintah-Nya, tidak mencintaiNya, dan tidak ridha kepada-Nya. Hati tersebut berdiri dari antara syahwat dan kelezatannya, kendati didalmnya terdapat murka dan marah-Nya. Hawa nafsu merupakan pemimpinnya, dan syahwat adalah panglimanya. Kebodohan adalah pengemudinya dan lalai merupakan kendaraanya. Keberadaanya didunia sama seperti gambaran barang yang paling dicintai. Hati yang mati ini tidak mengetahui Tuhannya, tidak menyembahnya, dan bersikap masa bodoh bila mendapatkan kemenangan lantaran syahwat dan nasib keberntungannya. Ia tidak perduli apakah Allah Swt. akan ridha ataukah akan murka terhdap perbuatannya.

3) Hati yang sakit (maridh al-qalb)

Jenis hati yang berikutnya ini, yaitu merupakan hati yang hidup tetapi mempunyai penyakit. Dia mempunyai materi yang saling tarik menarik. Ketika ia memenagkan pertarungan itu, maka di dalamnya terdapat kecintaan kepada Allah Swt, keimanan, keikhlasan dan tawakkal kepadaNya. Didalamnya juga terdapat kecintaan kepada nafsu, keinginan dan usaha untuk mendapatkannya, rasa dengki, takabur, bangga diri, kecintaan berkuasa itulah materi yang dapat membinasakannya.


b. Tanda-Tanda Mulai Mengerasnya Hati

Hati yang keras atau mulai mengeras memiliki tanda-tanda sebagai berikut:

1) Bermalas-malasan dalam mengerjakan kebaikan dan ketaatan, serta meremehkan kemaksiatan.

2) Tidak terpengaruh hatinya dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan. Berbeda dengan kaum mukmin, hati mereka akan bergetar jika dibacakan ayat-ayat al-Qur’an

3) Tidak terpengaruh hatinya dengan berbagai ujian, musibah dan cobaan yang diberikan oleh Allâh Swt

a) Tidak merasa takut akan janji dan ancaman Allah Swt.

b) Bertambahnya kecintaan terhadap dunia dan mendahulukannya di atas akhirat

c) Tidak tenang hatinya dan selalu merasa gundah

Bertambahnya dan meningkatnya kemaksiatan yang dilakukannya.

d) Tidak mengenal atau tidak membedakan perbuatan ma’ruf dan munkar.


c. Sebab-Sebab Kerasnya Hati

Hati menjadi keras tentu ada penyebabnya. Adapun sebab-sebab kerasnya hati di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Kemusyrikan, kekufuran dan kemunafikan.

Inilah sebab yang paling besar yang dapat menutupi hati seseorang dari menerima kebenaran.

2) Melanggar perjanjian yang dibuat kepada Allâh Swt.

3) Tertawa berlebihan.

4) Banyak berbicara dan banyak makan.

Bisyr bin al-Hârits pernah berkata, “(Ada) dua hal yang dapat mengeraskan hati: banyak berbicara dan banyak makan.

5) Banyak melakukan dosa

6) Lalai dari ketaatan


d. Obat Hati yang Keras

Orang yang hatinya keras memiliki obat agar dia bisa kembali jalan Allah Swt. Berikut adalah hal-hal yang dapat melunakkan hati:

a) Beriman kepada Allâh Swt dan selalu meningkatkan keimanan.

b) Banyak mengingat Allâh (zikir) dan membaca Al-Qur’ân

c) Belajar ilmu agama

d) Berlindung kepada Allâh dari hati yang tidak khusyu dengan doa

e) Berbuat baik terhadap anak yatim dan orang miskin

f) Banyak mengingat kematian dan berziarah kubur

g) Menghadiri majlis taklim dan majlis nasihat

h) Menjauhi sebab-sebab terjadinya fitnah dan dosa

i) Makan makanan yang halal

j) Shalat malam

k) Beribadah dan mendekatkan diri kepada Allâh

l) Berteman dengan orang-orang yang soleh

Baca juga : 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel